Bina Anak GMIM - Materi untuk GSM Pelajaran 11
PELAJARAN 11 2019
Bahan Alkitab : Injil Lukas 18:1-8
Tema : Tuhan Yesus Mengajariku Berdoa
Standar Kompetensi : Anak memiliki pemahaman dasar tentang ajaran doa dan memiliki kemampuan dasar
untuk berdoa.
Judul Pembelajaran : Berdoa yang tiada henti-hentinya.
Injil Lukas termasuk dalam kumpulan Injil-injil Sinoptik, berdampingan dengan Injil Matius dan Markus. Disebut injil sinoptik karena ketiga injil ini berisi cerita, kisah, atau kejadian-kejadian yang sama seputar kehidupan Tuhan Yesus dalam perjalanan hidupNya di dunia ini. Tapi Injil Lukas bisa dikatakan memiliki keunikannya sendiri karena dalam Injil ini banyak dimuat kisah-kisah tentang Tuhan Yesus Kristus yang tidak dicatat oleh penulis Injil Matius maupun penulis Injil Markus.
Seperti salah satunya kisah dalam sebuah perikop yang baru saja kita baca bersama tadi, kisah ini hanya dicatat oleh Lukas dalam Injil Lukas. Sekali lagi mau ditegaskan bahwa penulis Injil Lukas mau memberitakan bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan yang sangat peduli dengan kehidupan setiap umatNya yang Ia pilih dan yang berkenan dihadapanNya.
Lukas 18:1-8 ini adalah kisah yang mau menunjukan bahwa Tuhan kita selalu memperhatikan dan mempedulikan kehidupan kita apalagi mereka yang tertindas, yang mengalami ketidakadilan, dan sebagainya. Tapi kisah ini pun mau menunjukan bahwa Tuhan pula mendengar setiap doa, apalagi doa yang tak henti-hentinya disampaikan kepada Tuhan, Ia memperhitungkan setiap seruan kita kepadaNya dan tidak pernah terlambat dalam memberikan pertolongan, apalagi bagi mereka yang berdoa dengan tidak jemu-jemu. Kisah ini merupakan sebuah perumpamaan yang menunjukan tentang bagaimana seorang ibu Janda yang memohon bantuan dari seorang Hakim untuk membela haknya karena ia mengalami ketidakadilan.
Dalam masyarakat Yahudi, seorang janda terkadang hidup tanpa ada orang lain yang merawat atau melindunginya. Itu sebabnya bisa jadi si janda dalam perumpamaan ini adalah seorang korban dari ketidakadilan dalam tantanan masyarakat yang ada pada waktu itu, orang lain mungkin memperlakukan ia dengan seenaknya saja karena mereka berpikir bahwa si janda sudah tidak lagi memiliki orang lain yang bisa membantunya. Itulah sebabnya ia selalu datang kepada si hakim dan memintanya untuk dapat membela haknya terhadap lawannya. Si hakim yang dikatakan tidak takut akan Allah itu awalnya menolak, tapi kemudian ia berpikir untuk membantu si janda agar supaya ia tidak lagi diganggu jika ia telah membenarkan hak si janda. Si hakim mengira bahwa ia sedang melarikan diri dari hal yang mengganggu ketenangannya, padahal ia hanyalah alat yang dipakai Tuhan untuk menunjukan kemurahan hati Tuhan kepada si janda dengan membenarkan perkaranya karena ia tidak jemu-jemu dalam berdoa kepada Tuhan.
Kita pun harus memiliki mental dan sikap yang mau berdoa setiap waktu, tak jemu-jemu berdoa sama seperti yang dilakukan oleh si Janda. Bagi sebagian orang mungkin ini adalah hal yang baru, hal yang sulit, dan hal yang membosankan, tapi sebetulnya berdoa dengan tidak jemu-jemu adalah sebuah hal yang tidak mustahil untuk bisa dilakukan oleh siapa saja. Tentu pertama harus ada niat yang muncul dari iman dalam hati kita untuk berkomunikasi dengan Allah lewat doa. Jika kita belum terbiasa berdoa tiap saat, maka kita bisa memulai dengan hal-hal yanag kecil, seperti berdoa saat bangun tidur di pagi hari dan ketika kita hendak beristirahat lagi di malam hari. Jika sebagai orang dewasa kita dapat melakukan ini, maka anak-anak dapat mencontohi hal tersebut dan mereka pun akan terbiasa untuk berdoa dengan tak jemu-jemu.
Bahan Alkitab : Injil Lukas 18:1-8
Tema : Tuhan Yesus Mengajariku Berdoa
Standar Kompetensi : Anak memiliki pemahaman dasar tentang ajaran doa dan memiliki kemampuan dasar
untuk berdoa.
Judul Pembelajaran : Berdoa yang tiada henti-hentinya.
Injil Lukas termasuk dalam kumpulan Injil-injil Sinoptik, berdampingan dengan Injil Matius dan Markus. Disebut injil sinoptik karena ketiga injil ini berisi cerita, kisah, atau kejadian-kejadian yang sama seputar kehidupan Tuhan Yesus dalam perjalanan hidupNya di dunia ini. Tapi Injil Lukas bisa dikatakan memiliki keunikannya sendiri karena dalam Injil ini banyak dimuat kisah-kisah tentang Tuhan Yesus Kristus yang tidak dicatat oleh penulis Injil Matius maupun penulis Injil Markus.
Seperti salah satunya kisah dalam sebuah perikop yang baru saja kita baca bersama tadi, kisah ini hanya dicatat oleh Lukas dalam Injil Lukas. Sekali lagi mau ditegaskan bahwa penulis Injil Lukas mau memberitakan bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan yang sangat peduli dengan kehidupan setiap umatNya yang Ia pilih dan yang berkenan dihadapanNya.
Lukas 18:1-8 ini adalah kisah yang mau menunjukan bahwa Tuhan kita selalu memperhatikan dan mempedulikan kehidupan kita apalagi mereka yang tertindas, yang mengalami ketidakadilan, dan sebagainya. Tapi kisah ini pun mau menunjukan bahwa Tuhan pula mendengar setiap doa, apalagi doa yang tak henti-hentinya disampaikan kepada Tuhan, Ia memperhitungkan setiap seruan kita kepadaNya dan tidak pernah terlambat dalam memberikan pertolongan, apalagi bagi mereka yang berdoa dengan tidak jemu-jemu. Kisah ini merupakan sebuah perumpamaan yang menunjukan tentang bagaimana seorang ibu Janda yang memohon bantuan dari seorang Hakim untuk membela haknya karena ia mengalami ketidakadilan.
Dalam masyarakat Yahudi, seorang janda terkadang hidup tanpa ada orang lain yang merawat atau melindunginya. Itu sebabnya bisa jadi si janda dalam perumpamaan ini adalah seorang korban dari ketidakadilan dalam tantanan masyarakat yang ada pada waktu itu, orang lain mungkin memperlakukan ia dengan seenaknya saja karena mereka berpikir bahwa si janda sudah tidak lagi memiliki orang lain yang bisa membantunya. Itulah sebabnya ia selalu datang kepada si hakim dan memintanya untuk dapat membela haknya terhadap lawannya. Si hakim yang dikatakan tidak takut akan Allah itu awalnya menolak, tapi kemudian ia berpikir untuk membantu si janda agar supaya ia tidak lagi diganggu jika ia telah membenarkan hak si janda. Si hakim mengira bahwa ia sedang melarikan diri dari hal yang mengganggu ketenangannya, padahal ia hanyalah alat yang dipakai Tuhan untuk menunjukan kemurahan hati Tuhan kepada si janda dengan membenarkan perkaranya karena ia tidak jemu-jemu dalam berdoa kepada Tuhan.
Kita pun harus memiliki mental dan sikap yang mau berdoa setiap waktu, tak jemu-jemu berdoa sama seperti yang dilakukan oleh si Janda. Bagi sebagian orang mungkin ini adalah hal yang baru, hal yang sulit, dan hal yang membosankan, tapi sebetulnya berdoa dengan tidak jemu-jemu adalah sebuah hal yang tidak mustahil untuk bisa dilakukan oleh siapa saja. Tentu pertama harus ada niat yang muncul dari iman dalam hati kita untuk berkomunikasi dengan Allah lewat doa. Jika kita belum terbiasa berdoa tiap saat, maka kita bisa memulai dengan hal-hal yanag kecil, seperti berdoa saat bangun tidur di pagi hari dan ketika kita hendak beristirahat lagi di malam hari. Jika sebagai orang dewasa kita dapat melakukan ini, maka anak-anak dapat mencontohi hal tersebut dan mereka pun akan terbiasa untuk berdoa dengan tak jemu-jemu.
Dewi M. Delacruz
Comments
Post a Comment