Kelima Kitab TORAH (Taurat) dalam Alkitab
Oleh: Dewi M. Delacruz
Sebelumnya pasti kita sudah pernah mendengar atau bahkan mengetahui mengenai Kitab Torah atau yang biasa juga disebut sebagai Kitab Taurat atau Kelima Kitab Musa, yang adalah Lima Kitab pertama dalam Kanon Perjanjian Lama. Menurut tradisi, Kitab Kejadian – Ulangan ditulis oleh Musa. Kelima Kitab ini memiliki keterikatan atau benang merah, antara kitab yang satu dengan kitab yang lain, seperti yang akan dibahas dalam makalah ini.
Ada beberapa nama diberikan kepada kelima kitab pertama dalam Perjanjian Lama (Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, dan Ulangan), antara lain:
- Taurat (dari bahasa Ibrani Torah, yang berarti “hukum, pengajaran, petunjuk”)
- Kitab-kitab Musa (dari penulis utama)
- Pentateuch (dari bahasa Yunani, berarti “Kelima Kitab”).
Nama-nama kelima buku ini ialah :
1. Genesis. Kata “genesis” berarti “kejadian” (terjadinya). Di dalam bahasa Ibrani disebut Beresyit yang berarti “pada mulanya”, yaitu kata pertama dari buku ini.
2. Exodus. Artinya “keluaran” (perjalanan keluar). Nama Ibrani adalah Eleh Syemot yang berarti “inilah nama-nama”. Juga kata ini merupakan kata-kata yang pertama dari buku ini.
3. Leviticus. Yaitu Kitab orang Lewi. Nama Ibrani adalah Wayyiqra yang berarti “dan dia memanggil”. Juga kata ini merupakan kata pertama dari buku ini.
4. Numeri. Artinya “bilangan”. Nama Ibraninya Bemidbar yang berarti “di padang gurun”, yaitu kata-kata pertama dari buku ini.
5. Deuteronomium. Artinya “pengulangan hukum undang-undang”. Nama Ibrani berbunyi Eleh haddebarim yang berarti “inilah perkataan-perkataan”.
Kejadian 1 – 11 merupakan pengantar kepada kelima kitab Taurat, yang menceritakan penciptaan manusia dan timbulnya dosa yang mengakibatkan putusnya hubungan antara Allah dan manusia. Kemudian sisa Taurat mengenai rencana Allah untuk mengikat kembali hubungan yang telah putus dengan manusia. Rencana tersebut dimulai dengan panggilan Allah kepada Abraham serta keturunannya (orang Israel) menjadi alat-Nya untuk penyelamatan manusia, dan diteruskan dengan beberapa tahapan utama, sebagai berikut :
- Kejadian 12 – 50, berbicara tentang nenek moyang Israel,
- Keluaran, berbicara tentang berdiamnya suku-suku Israel di Mesir dan keluaran mereka dari Mesir, serta perjalanan mereka di padang gurun dan perjanjian di Sinai.
- Imamat, berbicara tentang peraturan untuk ibadat. Berisi hukum-hukum kultis dan ethis.
- Bilangan, berbicara tentang perjalanan bangsa Israel menuju tanah Kanaan (Tanah Perjanjian), dan
- Ulangan, berbicara tentang persiapan bangsa Israel untuk memasuki tanah perjanjian.
Tema kelima Kitab Taurat dapat diungkapkan sebagai Janji Allah kepada nenek moyang Israel yang sedang digenapi. Janji tersebut dinyatakan pertama kali oleh Allah kepada Abraham (Kej. 12:1-2). Ada tiga unsur utama dalam janji tersebut, yaitu:
Tanah (Negeri tempat tinggal)
Keturunan (Menjadi bangsa besar), dan
Hubungan istimewa dengan Allah (Berkat).
Janji keturunan menjadi perhatian utama dalam Kejadian 12 – 50. Abraham menantikan penggenapan janji tersebut selama 25 tahun, dan baru pada waktu dia berumur 100 tahun, lahirlah Ishak. Akhirnya keturunan Ishak berkembang dan menjadi bangsa yang lumayan besar. Dalam kitab Keluaran dan Imamat, ditekankan hubungan yang istimewa antara keturunan Abraham (orang Israel) dengan Allah. Hubungan itu didasarkan pada penyelamatan orang Israel dari perbudakan di Mesir untuk menjadi sebuah bangsa yang merdeka, dan diwujudkan terutama dalam perjanjian yang diadakan di Gunung Sinai dengan perantaraan Musa. Kemudian, dalam kitab Bilangan dan Ulangan, tekanan berpindah kepada janji Tanah, dan bangsa Israel menempuh perjalanan menuju tanah perjanjian dan mendapat bimbingan dari Musa sebagai persiapan untuk menempati tanah tersebut.
Dalam Kitab Kejadian telah diceritakan mengenai penciptaan manusia dan jatuhnya manusia ke dalam dosa yang mengakibatkan putusnya hubungan Allah dengan manusia. Namun ternyata Allah tetap mengasihi manusia dan membuat rencana untuk memperbaiki hubungan yang putus itu. Rencana-Nya dinyatakan kepada Abraham dalam bentuk janji. Dalam Kejadian 12 – 50 diceritakan tentang tahap pertama dalam penggenapan salah satu unsur janji itu (keturunan), sehingga pada awal Kitab Keluaran dapat dikatakan bahwa orang Israel yang “tak terbilang jumlahnya” (Kel. 1:7). Namun mereka masih tinggal di negeri asing (Mesir) dan mereka belum menjadi bangsa yang merdeka.
Riwayat penggenapan janji kepada nenek moyang diteruskan dalam Kitab Keluaran dengan menekankan hubungan yang istimewa dengan Tuhan Allah. Allah merencanakan pembaruan hubungan-Nya yang putus dengan manusia. dan rencana tersebut diwujudkan dengan pemilihan dan pembentukan orang-orang Israel menjadi umat Allah secara khusus. Pelaksanaan rencana Allah itu dimulai dengan pemanggilan Musa sebagai pemimpin umat Israel (Kel. 3 – 4). Musa ditugaskan sebagai pemimpin rakyat Israel keluar dari Mesir, dan dia juga berfungsi sebagai hakim dan nabi.
Kemudian terjadilah peristiwa pokok yang menjadi nama Kitab kedua dalam Torah, “Keluaran” yaitu sejarah terpenting bagi umat Israel yaitu pembebasan orang-orang Israel dari perbudakan dan dari penindasan di Mesir (Kel 5 – 14). Berdasarkan peristiwa tersebut, pada masa kini telah berkembang apa yang disebut “teologi pembebasan” (liberation theology), yang menekankan bahwa Allah mengasihi orang-orang yang tertindas dan menghendaki pembebasan bagi mereka dari penderitaan. Teologi pembebasan itu paling populer di Amerika Latin, serta tidak terkecuali di Indonesia. Boleh dikatakan bahwa segala macam penindasan terhadap sesama manusia adalah bertentangan dengan kehendak Allah.
Namun harus dicatat bahwa Kitab Keluaran itu hanya mengandung suatu teologi pembebasan, yaitu bahwa Allah yang membebaskan orang-orang tertindas dengan cara yang Dia tentukan, bukan suatu politik pembebasan atau pun perang pembebasan. Orang-orang Israel bukanlah teroris yang melawan pemerintah dan orang-orang besar dengan kekerasan. Musa dan Harun berulang-ulang mempergunakan diplomasi dengan menghadap raja Mesir (misalnya Kel. 5:1-5) dan mereka selalu berdoa (misalnya Kel. 5:22-24). Tetapi akhirnya faktor utama yang menyebabkan pembebasan Israel dari penindasan bukan usaha mereka sendiri melainkan mujizat-mujizat yang dikerjakan Allah, terutama pembunuhan anak-anak sulung Mesir (Kel. 12) dan pembuatan jalan melalui laut sehingga orang-orang Israel dapat melarikan diri (Kel. 14).
Setelah keluar dari Mesir, orang-orang Israel sudah merdeka tetapi belum dapat disebut sebagai suatu bangsa. Belum ada undang-undang dasar merdeka! Banyak lagi yang harus dikerjakan supaya orang-orang Israel dapat menjadi bangsa dengan identitas tersendiri, yang diakui oleh bangsa-bangsa lain sebagai suatu bangsa. Dalam hal ini peristiwa yang paling penting untuk dicatat ialah pengikatan perjanjian antara Tuhan Allah dengan umat Israel, yaitu yang dilaksanakan di Gunung Sinai. Disitu Musa menjadi tokoh utama, karena dia sebagai perantara dalam perjanjian tersebut.
Orang-orang Israel yang sudah bebas dari perbudakan itu membutuhkan asas kenegaraan serta undang-undang dasar, dan itulah yang ditentukan oleh Allah sebagaimana tercatat dalam Keluaran 19 – 24. Oleh karena itu pasal-pasal tersebut merupakan salah satu bagian yang paling penting dalam Alkitab. Lebih dahulu orang-orang Israel berkumpul di Gunung Sinai dan kepada mereka dinyatakan tujuan Allah dalam memilih Israel sebagai umat-Nya (Kel. 19:4-6a).
Kemudian Allah memberi kesepuluh firman atau yang kita kenal sebagai Dasatitah (Kel. 20) dan peraturan perjanjian (Kel. 21-23) kepada mereka. Hukum-hukum itu merupakan pedoman hidup bagi umat Allah, yang mencakup hukum-hukum moral, sipil dan keagamaan. Dalam sisa Kitab Keluaran terdapat keterangan tentang perencanaan dan pembuatan Kemah Suci dengan segala perlengkapannya (Kel. 25-31 dan 35-40). Ada dua ruang dalam kemah itu, yaitu tempat kudus (Ruang Suci) dan tempat mahakudus (Ruang Mahasuci). Di dalam tempat Mahakudus disimpan tabut perjanjian, sebuah peti berisi kedua loh hukum, yang melambangkan kehadiran Allah di tengah-tengah umat-Nya. Pada hari ulang tahun pertama orang Israel keluar dari Mesir, Kemah Suci selesai dikerjakan dan diresmikan sebagai pusat persembahan dan peribadatan (Kel. 40:17). Lalu turunlah tiang awan dari puncak Gunung Sinai ke atas kemah itum sebagai tanda bahwa Allah berkenan tinggal di tengah-tengah umat-Nya.
Kitab Imamat berisikan peraturan-peraturan untuk ibadat dan upacara agama Israel, dan pedoman bagi imam-imam yang bertanggung jawab untuk melaksanakannya. Dalam hal ini selalu ditekankan kekudusan Tuhan Allah, dan bagaimana cara hidup umat Israel supaya melestarikan hubungan mereka yang istimewa dengan Dia. Umat Allah harus menjadi kudus, dan pusat hukum untuk orang Israel, yang berlaku juga untuk orang Kristen. Hidup yang kudus dijabarkan dalam bagian terakhir Kitab Imamat, terutama Imamat 18 – 26 yang sering disebut “Hukum Kekudusan”. Maksud Hukum Kekudusan ialah untuk menghindari kebiasaan-kebiasaan orang Kafir (Im. 19:28-31). Dalam Hukum Kekudusan sering disebut suatu ungkapan yang khas, yaitu “Akulah TUHAN”. Artinya, Tuhan Allah bersedia menyatakan diri-Nya kepada manusia, dengan maksud agar Dia menjadi Allah mereka dan mereka menjadi umat-Nya (Im. 26:12). Hal itu tidak lain dari hubungan istimewa dengan Allah yang dijanjikan dulu kepada Abraham dan keturunannya. Kitab Imamat juga mementingkan hubungan baik dengan sesama manusia, dan mengandung salah satu dari kedua perintah Perjanjian Lama yang terpenting menurut Yesus: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Im. 19:18, bnd. Mat. 22:39).
Kitab Bilangan menceritakan riwayat perjalanan Israel dari Sinai sampai ke perbatasan Palestina. Perjalanan itu dari gunung suci sampai ke tanah perjanjian, memakan waktu hampir 40 tahun. Nama Kitab “Bilangan” diambil dari kedua sensus bangsa Israel yang dibuat sebelum dan sesudah perjalanan itu. Sensus pertama dilaksanakan sebelum berangkat dari Sinai secara khusus untuk mengetahui jumlah laki-laki yang memenuhi syarat untuk menjadi tentara. Dan sensus kedua, diadakan 40 tahun kemudian, dan ternyata jumlah orang Israel masih hampir sama (Bil. 26). Dalam kitab ini kita membaca mengenai orang Israel yang sering khawatir dan berkecil hati terhadap kesukaran. Mereka memberontak melawan Allah, dan melawan Musa yang diangkat Allah sebagai pemimpin mereka. Tetapi sekaligus kita membaca mengenai Allah yang tetap memelihara umat-Nya, walaupun mereka kurang percaya dan tidak patuh, dan mengenai Musa yang tabah dan setia kepada Allah maupun kepada bangsanya.
Kitab Ulangan merupakan pengulangan (ikhtisar) perjanjian yang telah diadakan antara Tuhan Allah dengan umat Israel menurut Kitab Keluaran. Bagian pertama, terdiri dari dua pidato yang diucapkan Musa di dataran Moab, sebagai persiapan untuk bangsa Israel yang akan menyeberangi Sungai Yordan dan menduduki tanah Palestina. Inti dan tujuan dari pidato Musa kepada bangsa Israel, supaya mereka tetap percaya dan setia kepada Tuhan Allah yang telah memilih dan menyelamatkan mereka.
Dalam bagian kedua Kitab Ulangan, dimuat peraturan-peraturan yang perlu diperhatikan bangsa Israel yang akan menduduki tanah Palestina. Peraturan-peraturan itu mencakup antara lain: peribadatan, kepemimpinan, kehidupan dalam masyarakat dan persembahan-persembahan. Sebelum bangsa Israel memasuki tanah perjanjian diadakan pembaruan perjanjian dengan Allah. Kemudian Musa menyerahkan kepemimpinan bangsa Israel kepada Yosua, sesuai dengan ketentuan Allah, dan mengucapkan pesan-pesan terakhir kepada umat yang dipimpinnya selama 40 tahun itu.
Kelima Kitab Taurat memiliki kesamaan yaitu ditulis oleh penulis yang sama, yaitu Musa. Kelima Kitab Taurat memiliki titik temu dalam satu tema utama yaitu janji Allah kepada nenek moyang Israel yang sedang digenapi. Janji tersebut dinyatakan pertama kali oleh Allah kepada Abraham seperti yang tertulis dalam Kejadian 12:1-2 bahwa Allah menjanjikan sebuah negeri yang subur untuk mereka tinggali, keturunannya akan menjadi sebuah bangsa yang besar, dan menjadi berkat. Dan lewat peristiwa Keluaran, membuktikan bahwa Allah mengasihi umat-Nya sehingga Ia mengeluarkan bangsa Israel dari tanah Mesir, dan mempersiapkan mereka untuk menempati Tanah Perjanjian, dengan memberikan peraturan-peraturan dan hukum-hukum yang akan membimbing umat untuk hidup dan beribadat. Hukum-hukum dan ketetapan-ketetapan itu terdapat dalam Keluaran 20-40, Imamat, bagian-bagian tertentu Ulangan dan Pidato Musa dalam Ulangan. Kisah-kisah dalam Kitab Taurat, menekankan bahwa Tuhan Allah terus memelihara umat-Nya, bahkan pada masa-masa sulit sekalipun. Kitab Taurat ini berakhir dengan berkemahnya umat Israel di Moab, tepat di seberang sungai Yordan dan siap memasuki tanah yang dijanjikan Allah kepada nenek moyang mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Baker, David L., Mari Mengenal Perjanjian Lama, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1992.
Blommendael, J., Pengantar kepada Perjanjian Lama, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.
Sebelumnya pasti kita sudah pernah mendengar atau bahkan mengetahui mengenai Kitab Torah atau yang biasa juga disebut sebagai Kitab Taurat atau Kelima Kitab Musa, yang adalah Lima Kitab pertama dalam Kanon Perjanjian Lama. Menurut tradisi, Kitab Kejadian – Ulangan ditulis oleh Musa. Kelima Kitab ini memiliki keterikatan atau benang merah, antara kitab yang satu dengan kitab yang lain, seperti yang akan dibahas dalam makalah ini.
Ada beberapa nama diberikan kepada kelima kitab pertama dalam Perjanjian Lama (Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, dan Ulangan), antara lain:
- Taurat (dari bahasa Ibrani Torah, yang berarti “hukum, pengajaran, petunjuk”)
- Kitab-kitab Musa (dari penulis utama)
- Pentateuch (dari bahasa Yunani, berarti “Kelima Kitab”).
Nama-nama kelima buku ini ialah :
1. Genesis. Kata “genesis” berarti “kejadian” (terjadinya). Di dalam bahasa Ibrani disebut Beresyit yang berarti “pada mulanya”, yaitu kata pertama dari buku ini.
2. Exodus. Artinya “keluaran” (perjalanan keluar). Nama Ibrani adalah Eleh Syemot yang berarti “inilah nama-nama”. Juga kata ini merupakan kata-kata yang pertama dari buku ini.
3. Leviticus. Yaitu Kitab orang Lewi. Nama Ibrani adalah Wayyiqra yang berarti “dan dia memanggil”. Juga kata ini merupakan kata pertama dari buku ini.
4. Numeri. Artinya “bilangan”. Nama Ibraninya Bemidbar yang berarti “di padang gurun”, yaitu kata-kata pertama dari buku ini.
5. Deuteronomium. Artinya “pengulangan hukum undang-undang”. Nama Ibrani berbunyi Eleh haddebarim yang berarti “inilah perkataan-perkataan”.
Kejadian 1 – 11 merupakan pengantar kepada kelima kitab Taurat, yang menceritakan penciptaan manusia dan timbulnya dosa yang mengakibatkan putusnya hubungan antara Allah dan manusia. Kemudian sisa Taurat mengenai rencana Allah untuk mengikat kembali hubungan yang telah putus dengan manusia. Rencana tersebut dimulai dengan panggilan Allah kepada Abraham serta keturunannya (orang Israel) menjadi alat-Nya untuk penyelamatan manusia, dan diteruskan dengan beberapa tahapan utama, sebagai berikut :
- Kejadian 12 – 50, berbicara tentang nenek moyang Israel,
- Keluaran, berbicara tentang berdiamnya suku-suku Israel di Mesir dan keluaran mereka dari Mesir, serta perjalanan mereka di padang gurun dan perjanjian di Sinai.
- Imamat, berbicara tentang peraturan untuk ibadat. Berisi hukum-hukum kultis dan ethis.
- Bilangan, berbicara tentang perjalanan bangsa Israel menuju tanah Kanaan (Tanah Perjanjian), dan
- Ulangan, berbicara tentang persiapan bangsa Israel untuk memasuki tanah perjanjian.
Tema kelima Kitab Taurat dapat diungkapkan sebagai Janji Allah kepada nenek moyang Israel yang sedang digenapi. Janji tersebut dinyatakan pertama kali oleh Allah kepada Abraham (Kej. 12:1-2). Ada tiga unsur utama dalam janji tersebut, yaitu:
Tanah (Negeri tempat tinggal)
Keturunan (Menjadi bangsa besar), dan
Hubungan istimewa dengan Allah (Berkat).
Janji keturunan menjadi perhatian utama dalam Kejadian 12 – 50. Abraham menantikan penggenapan janji tersebut selama 25 tahun, dan baru pada waktu dia berumur 100 tahun, lahirlah Ishak. Akhirnya keturunan Ishak berkembang dan menjadi bangsa yang lumayan besar. Dalam kitab Keluaran dan Imamat, ditekankan hubungan yang istimewa antara keturunan Abraham (orang Israel) dengan Allah. Hubungan itu didasarkan pada penyelamatan orang Israel dari perbudakan di Mesir untuk menjadi sebuah bangsa yang merdeka, dan diwujudkan terutama dalam perjanjian yang diadakan di Gunung Sinai dengan perantaraan Musa. Kemudian, dalam kitab Bilangan dan Ulangan, tekanan berpindah kepada janji Tanah, dan bangsa Israel menempuh perjalanan menuju tanah perjanjian dan mendapat bimbingan dari Musa sebagai persiapan untuk menempati tanah tersebut.
Dalam Kitab Kejadian telah diceritakan mengenai penciptaan manusia dan jatuhnya manusia ke dalam dosa yang mengakibatkan putusnya hubungan Allah dengan manusia. Namun ternyata Allah tetap mengasihi manusia dan membuat rencana untuk memperbaiki hubungan yang putus itu. Rencana-Nya dinyatakan kepada Abraham dalam bentuk janji. Dalam Kejadian 12 – 50 diceritakan tentang tahap pertama dalam penggenapan salah satu unsur janji itu (keturunan), sehingga pada awal Kitab Keluaran dapat dikatakan bahwa orang Israel yang “tak terbilang jumlahnya” (Kel. 1:7). Namun mereka masih tinggal di negeri asing (Mesir) dan mereka belum menjadi bangsa yang merdeka.
Riwayat penggenapan janji kepada nenek moyang diteruskan dalam Kitab Keluaran dengan menekankan hubungan yang istimewa dengan Tuhan Allah. Allah merencanakan pembaruan hubungan-Nya yang putus dengan manusia. dan rencana tersebut diwujudkan dengan pemilihan dan pembentukan orang-orang Israel menjadi umat Allah secara khusus. Pelaksanaan rencana Allah itu dimulai dengan pemanggilan Musa sebagai pemimpin umat Israel (Kel. 3 – 4). Musa ditugaskan sebagai pemimpin rakyat Israel keluar dari Mesir, dan dia juga berfungsi sebagai hakim dan nabi.
Kemudian terjadilah peristiwa pokok yang menjadi nama Kitab kedua dalam Torah, “Keluaran” yaitu sejarah terpenting bagi umat Israel yaitu pembebasan orang-orang Israel dari perbudakan dan dari penindasan di Mesir (Kel 5 – 14). Berdasarkan peristiwa tersebut, pada masa kini telah berkembang apa yang disebut “teologi pembebasan” (liberation theology), yang menekankan bahwa Allah mengasihi orang-orang yang tertindas dan menghendaki pembebasan bagi mereka dari penderitaan. Teologi pembebasan itu paling populer di Amerika Latin, serta tidak terkecuali di Indonesia. Boleh dikatakan bahwa segala macam penindasan terhadap sesama manusia adalah bertentangan dengan kehendak Allah.
Namun harus dicatat bahwa Kitab Keluaran itu hanya mengandung suatu teologi pembebasan, yaitu bahwa Allah yang membebaskan orang-orang tertindas dengan cara yang Dia tentukan, bukan suatu politik pembebasan atau pun perang pembebasan. Orang-orang Israel bukanlah teroris yang melawan pemerintah dan orang-orang besar dengan kekerasan. Musa dan Harun berulang-ulang mempergunakan diplomasi dengan menghadap raja Mesir (misalnya Kel. 5:1-5) dan mereka selalu berdoa (misalnya Kel. 5:22-24). Tetapi akhirnya faktor utama yang menyebabkan pembebasan Israel dari penindasan bukan usaha mereka sendiri melainkan mujizat-mujizat yang dikerjakan Allah, terutama pembunuhan anak-anak sulung Mesir (Kel. 12) dan pembuatan jalan melalui laut sehingga orang-orang Israel dapat melarikan diri (Kel. 14).
Setelah keluar dari Mesir, orang-orang Israel sudah merdeka tetapi belum dapat disebut sebagai suatu bangsa. Belum ada undang-undang dasar merdeka! Banyak lagi yang harus dikerjakan supaya orang-orang Israel dapat menjadi bangsa dengan identitas tersendiri, yang diakui oleh bangsa-bangsa lain sebagai suatu bangsa. Dalam hal ini peristiwa yang paling penting untuk dicatat ialah pengikatan perjanjian antara Tuhan Allah dengan umat Israel, yaitu yang dilaksanakan di Gunung Sinai. Disitu Musa menjadi tokoh utama, karena dia sebagai perantara dalam perjanjian tersebut.
Orang-orang Israel yang sudah bebas dari perbudakan itu membutuhkan asas kenegaraan serta undang-undang dasar, dan itulah yang ditentukan oleh Allah sebagaimana tercatat dalam Keluaran 19 – 24. Oleh karena itu pasal-pasal tersebut merupakan salah satu bagian yang paling penting dalam Alkitab. Lebih dahulu orang-orang Israel berkumpul di Gunung Sinai dan kepada mereka dinyatakan tujuan Allah dalam memilih Israel sebagai umat-Nya (Kel. 19:4-6a).
Kemudian Allah memberi kesepuluh firman atau yang kita kenal sebagai Dasatitah (Kel. 20) dan peraturan perjanjian (Kel. 21-23) kepada mereka. Hukum-hukum itu merupakan pedoman hidup bagi umat Allah, yang mencakup hukum-hukum moral, sipil dan keagamaan. Dalam sisa Kitab Keluaran terdapat keterangan tentang perencanaan dan pembuatan Kemah Suci dengan segala perlengkapannya (Kel. 25-31 dan 35-40). Ada dua ruang dalam kemah itu, yaitu tempat kudus (Ruang Suci) dan tempat mahakudus (Ruang Mahasuci). Di dalam tempat Mahakudus disimpan tabut perjanjian, sebuah peti berisi kedua loh hukum, yang melambangkan kehadiran Allah di tengah-tengah umat-Nya. Pada hari ulang tahun pertama orang Israel keluar dari Mesir, Kemah Suci selesai dikerjakan dan diresmikan sebagai pusat persembahan dan peribadatan (Kel. 40:17). Lalu turunlah tiang awan dari puncak Gunung Sinai ke atas kemah itum sebagai tanda bahwa Allah berkenan tinggal di tengah-tengah umat-Nya.
Kitab Imamat berisikan peraturan-peraturan untuk ibadat dan upacara agama Israel, dan pedoman bagi imam-imam yang bertanggung jawab untuk melaksanakannya. Dalam hal ini selalu ditekankan kekudusan Tuhan Allah, dan bagaimana cara hidup umat Israel supaya melestarikan hubungan mereka yang istimewa dengan Dia. Umat Allah harus menjadi kudus, dan pusat hukum untuk orang Israel, yang berlaku juga untuk orang Kristen. Hidup yang kudus dijabarkan dalam bagian terakhir Kitab Imamat, terutama Imamat 18 – 26 yang sering disebut “Hukum Kekudusan”. Maksud Hukum Kekudusan ialah untuk menghindari kebiasaan-kebiasaan orang Kafir (Im. 19:28-31). Dalam Hukum Kekudusan sering disebut suatu ungkapan yang khas, yaitu “Akulah TUHAN”. Artinya, Tuhan Allah bersedia menyatakan diri-Nya kepada manusia, dengan maksud agar Dia menjadi Allah mereka dan mereka menjadi umat-Nya (Im. 26:12). Hal itu tidak lain dari hubungan istimewa dengan Allah yang dijanjikan dulu kepada Abraham dan keturunannya. Kitab Imamat juga mementingkan hubungan baik dengan sesama manusia, dan mengandung salah satu dari kedua perintah Perjanjian Lama yang terpenting menurut Yesus: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Im. 19:18, bnd. Mat. 22:39).
Kitab Bilangan menceritakan riwayat perjalanan Israel dari Sinai sampai ke perbatasan Palestina. Perjalanan itu dari gunung suci sampai ke tanah perjanjian, memakan waktu hampir 40 tahun. Nama Kitab “Bilangan” diambil dari kedua sensus bangsa Israel yang dibuat sebelum dan sesudah perjalanan itu. Sensus pertama dilaksanakan sebelum berangkat dari Sinai secara khusus untuk mengetahui jumlah laki-laki yang memenuhi syarat untuk menjadi tentara. Dan sensus kedua, diadakan 40 tahun kemudian, dan ternyata jumlah orang Israel masih hampir sama (Bil. 26). Dalam kitab ini kita membaca mengenai orang Israel yang sering khawatir dan berkecil hati terhadap kesukaran. Mereka memberontak melawan Allah, dan melawan Musa yang diangkat Allah sebagai pemimpin mereka. Tetapi sekaligus kita membaca mengenai Allah yang tetap memelihara umat-Nya, walaupun mereka kurang percaya dan tidak patuh, dan mengenai Musa yang tabah dan setia kepada Allah maupun kepada bangsanya.
Kitab Ulangan merupakan pengulangan (ikhtisar) perjanjian yang telah diadakan antara Tuhan Allah dengan umat Israel menurut Kitab Keluaran. Bagian pertama, terdiri dari dua pidato yang diucapkan Musa di dataran Moab, sebagai persiapan untuk bangsa Israel yang akan menyeberangi Sungai Yordan dan menduduki tanah Palestina. Inti dan tujuan dari pidato Musa kepada bangsa Israel, supaya mereka tetap percaya dan setia kepada Tuhan Allah yang telah memilih dan menyelamatkan mereka.
Dalam bagian kedua Kitab Ulangan, dimuat peraturan-peraturan yang perlu diperhatikan bangsa Israel yang akan menduduki tanah Palestina. Peraturan-peraturan itu mencakup antara lain: peribadatan, kepemimpinan, kehidupan dalam masyarakat dan persembahan-persembahan. Sebelum bangsa Israel memasuki tanah perjanjian diadakan pembaruan perjanjian dengan Allah. Kemudian Musa menyerahkan kepemimpinan bangsa Israel kepada Yosua, sesuai dengan ketentuan Allah, dan mengucapkan pesan-pesan terakhir kepada umat yang dipimpinnya selama 40 tahun itu.
Kelima Kitab Taurat memiliki kesamaan yaitu ditulis oleh penulis yang sama, yaitu Musa. Kelima Kitab Taurat memiliki titik temu dalam satu tema utama yaitu janji Allah kepada nenek moyang Israel yang sedang digenapi. Janji tersebut dinyatakan pertama kali oleh Allah kepada Abraham seperti yang tertulis dalam Kejadian 12:1-2 bahwa Allah menjanjikan sebuah negeri yang subur untuk mereka tinggali, keturunannya akan menjadi sebuah bangsa yang besar, dan menjadi berkat. Dan lewat peristiwa Keluaran, membuktikan bahwa Allah mengasihi umat-Nya sehingga Ia mengeluarkan bangsa Israel dari tanah Mesir, dan mempersiapkan mereka untuk menempati Tanah Perjanjian, dengan memberikan peraturan-peraturan dan hukum-hukum yang akan membimbing umat untuk hidup dan beribadat. Hukum-hukum dan ketetapan-ketetapan itu terdapat dalam Keluaran 20-40, Imamat, bagian-bagian tertentu Ulangan dan Pidato Musa dalam Ulangan. Kisah-kisah dalam Kitab Taurat, menekankan bahwa Tuhan Allah terus memelihara umat-Nya, bahkan pada masa-masa sulit sekalipun. Kitab Taurat ini berakhir dengan berkemahnya umat Israel di Moab, tepat di seberang sungai Yordan dan siap memasuki tanah yang dijanjikan Allah kepada nenek moyang mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Baker, David L., Mari Mengenal Perjanjian Lama, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1992.
Blommendael, J., Pengantar kepada Perjanjian Lama, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.
Comments
Post a Comment